Pengaruh Studi Budaya pada Pemasaran Internasional dalam Tinjauan Kritik Penelitian Masa Depan

 Pengaruh Studi Budaya pada Pemasaran Internasional
dalam Tinjauan Kritik Penelitian Masa Depan


Pemasaran  International (global)  merupakan  domain  yang  kompleks  yang melibatkan  adaptasi produk, distribusi, promosi, dan penetapan harga di pasar global. Menurut Dr. Philip Kotler (2019), strategi ini menghadirkan tantangan signifikan bagi perusahaan, termasuk keberlanjutan produk dalam berbagai budaya, perbedaan regulasi, dan variasi preferensi konsumen. 

Salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam pemasaran internasional adalah faktor budaya. Secara terminologi budaya adalah keseluruhan kepercayaan, aturan, teknik, kelembagaan dan artefak buatan manusia yang mencirikan populasi manusia. Jadi budaya terdiri atas pola-pola yang dipelajari mengenai perlaku umum bagi anggota dari masyarakat tertentu, yaitu gaya hidup yang unik dari suatu kelompok atau orang  tertentu.  Kebudayaan  adalah  kumpulan  nilai,  kepercayaan,  perilaku, kebiasaan,  dan  sikap  yang  membedakam  suatu  masyarakat  dari  yang  lainnya. Kebudayaan suatu masyarakat menentukan ketentuan - ketentuan yang mengatur bagaimana  perusahaan  dijalankan  dalam  masyarakata  tersebut.(Endy  Gunanto. 2014).

Penerapan studi budaya dalam pemasaran internasional mulai muncul pada tahun 1970-an dan 1980-an, terutama dalam studi negara asal (lihat Papadopoulos dan Heslop, 2003, untuk tinjauan), tetapi benar-benar berkembang dalam bidang ini sejak tahun 1990-an. Sebagai contoh, Nakata (2003) melaporkan bahwa dari tahun 1990 sampai 1995, 25 persen artikel pemasaran internasional yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah terkemuka dalam pemasaran internasional memasukkan budaya, namun persentase ini meningkat menjadi 44 persen dari tahun 1995 sampai 2000; menunjukkan bahwa studi budaya mungkin telah menjadi teori utama dalam penelitian pemasaran internasional.

Konseptualisasi awal budaya dalam pemasaran internasional

Studi pemasaran internasional sebelumnya yang memasukkan budaya ke dalam penelitian melakukannya dengan memvalidasi dimensi budaya yang bersifat statis (Nakata, 2003). Sebagian besar penelitian ini menerapkan kerangka kerja Hofstede (1980, 1983), atau kerangka kerja orang lain (Schwartz dan Bilsky, 1990; Hall, 1970) pada fenomena pemasaran dan mencoba memvalidasi dimensi kerangka kerja tersebut dalam konteks pemasaran dan manajemen.

Konseptualisasi budaya yang lebih baru dalam pemasaran internasional

Dalam konseptualisasi budaya yang lebih baru dalam pemasaran internasional, para peneliti terus menerapkan kerangka kerja dimensi, seperti Hofstede, pada fenomena pemasaran namun dengan analisis yang lebih kuat dan dalam domain pemasaran yang sedang berkembang. Mereka juga menyempurnakan kerangka kerja ini dan menerapkannya dalam studi berbagai konteks. Dalam sebuah penelitian serupa, Money dkk. (1998) meneliti bagaimana budaya nasional dapat memengaruhi perilaku rujukan dalam pengaturan periklanan dan menemukan bahwa budaya nasional memengaruhi sumber rujukan yang dikonsultasikan oleh perusahaan-perusahaan Jepang dan Amerika dalam pengaturan industri, dalam konteks strategi pemasaran, Griffith dkk. (2006) menerapkan kerangka kerja Hoftstede untuk mengeksplorasi perbedaan dalam hubungan antara sumber daya hubungan (misalnya kepercayaan, komitmen), sumber daya pengetahuan (misalnya berbagi informasi, resolusi masalah), dan hubungan antara sumber daya ini secara lintas dan antar-budaya dari sudut pandang perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan Jepang. Temuan mereka menunjukkan bahwa budaya nasional mempengaruhi sumber daya hubungan dan hubungan antara sumber daya hubungan dan pengetahuan secara lebih signifikan di Jepang, daripada di perusahaan Amerika, menggarisbawahi pengaruh budaya nasional, seperti yang didefinisikan oleh kerangka kerja Hofstede.

Elemen budaya yang mempengaruhi pemasaran internasional

Adapun elemen-elemen budaya yang  memiliki  pengaruh  terhadap  pemasaran internasional adalah:

a. Materi hidup (Material  Life)

Komponen  utama  dari  kebudayaan  adalah  aspek  materialnya. Kehidupan material terutama mengacu pada teknologi yang digunakan untuk memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi barang dan jasa  dalam  masyarakat.

b. Bahasa (Language)

Bahasa  merupakan  tantangan  yang  dihadapi  oleh  pemasaran internasional. Bahasa sering digambarkan sebagai elemen yang paling penting dalam melakukan interaksi sosial.

c. Interaksi social

Sebuah aspek  penting dari budaya  adalah interaksi sosial  antara orang-orang.  Interaksi  sosial  mengacu  pada  cara  di  mana  anggota masyarakat berhubungan satu sama lain.

d. Estetika,

Estetika mengacu pada ide-ide dan persepsi bahwa budaya sangat menjunjung tinggi keindahan dan rasa yang baik.

e. Agama

Agama memainkan peran penting dalam banyak masyarakat. Ketika agama adalah bagian penting dari kehidupan konsumen, perusahaan harus dapat  menyadarinya.

f. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu instrumen utama untuk penyaluran budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dua aspek pendidikan yang penting bagi pemasar internasional adalah tingkat pendidikan dan kualitas  pendidikan  tersebut.

g. Sistem nilai

Semua budaya memiliki sistem nilai yang membentuk masyarakat norma  dan  standar.

Referensi :

1. Jurnal “Pengaruh Faktor Budaya terhadap Bisnis Internasional” oleh Jurnal Publikasi Ilmu Manajemen (JUPIMAN)

2. Artikel “Culture study in international marketing: A critical review and suggestions for future research”



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Pengaruh Studi Budaya pada Pemasaran Internasional dalam Tinjauan Kritik Penelitian Masa Depan"

Posting Komentar